Depression

Ridwan Firdaus
4 min readMar 29, 2022

A Signal

Heart-warming banget ceramah Johann Hari ini. Depression tidak dilihat semata dari sisi bilogis (sebagai sebuah ketidakseimbangan kimiawi di otak, wiring problem, genetics) tapi perlu dilihat sebagai sinyal bahwa ada sesuatu yang salah dan perlu dibenerin dari kehidupan penderitanya, the unmet needs. Statement ini juga gw temuin di buku Filosofi Teras nya Henri Manampiring.

Understading this concept menurut gw penting banget karena menentukan akan seperti apa treatment yg dijalani. Jawabannya akan selalu anti-depressants kalau depresi hanya dilihat dari sisi biologis saja. Padahal anti-depressant ga selalu jadi solusi: harga nya relatif mahal, efek samping, dan efektivitas. Testimoni Johann Hari, dia sampai sudah ambil dosis paling tinggi yang diperbolehkan, tapi tetap saja depresi

The Cow

Seorang petani di Kamboja terkena bom perang, kakinya diamputasi dan harus pakai kaki bionik. Saat dia harus kembali bekerja ke sawah, dia merasakan kesakitan yang luar biasa, menangis berhari-hari, dan…depresi. Psikiater disana menawarkan alternatif anti-depressant yg luar biasa: seekor sapi. Tujuannya supaya si petani bisa beralih dari petani menjadi peternak sapi. Ia tidak lagiperlu bersusah-susah masuk kedalam lumpur sawah, tapi tetap bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Long story short, si petani sembuh dari depresi dan melanjutkan hidupnya lagi.

The Cause

Menurut Johann Hari, ada sembilan hal yang menyebabkan seseorang depresi. Salah duanya adalah loneliness dan junk values

Loneliness.
Para pendahulu kita hidup dalam sebuah kawanan, a tribe , seperti lebah in hive. But the modern society make us more lonelier than ever.

Junk Values
Social media, televisi, show bizz, dan pornography.. took over our mind and make us mentally sick.

The Symptoms

Menurut halaman ini, gejala depresi ada dua aspek: psikologi dan fisik.

Aspek psikologi

  • Selalu dibebani rasa bersalah dan sering menyalahkan diri sendiri
  • Merasa putus asa, rendah diri, dan tidak berharga atau memiliki self esteem yang rendah
  • Selalu merasa cemas dan khawatir yang berlebihan
  • Suasana hati yang buruk atau sedih secara berkelanjutan
  • Mudah marah atau sensitif, serta mudah menangis
  • Sulit berkonsentrasi, berpikir, dan mengambil keputusan
  • Menjadi apatis terhadap lingkungan sekitarnya
  • Tidak tertarik dan tidak memiliki motivasi terhadap segala hal (anhedonia)
  • Timbul ide untuk menyakiti diri sendiri atau percobaan bunuh diri

Aspek fisik

  • Selalu merasa kelelahan dan hilang tenaga
  • Selera makan menurun atau tidak berselera makan
  • Insomnia atau malah terlalu banyak tidur
  • Pusing atau rasa nyeri yang tidak jelas alasannya
  • Gerak tubuh dan cara bicara lebih lambat dari biasanya
  • Tidak ada gairah seksual
  • Berat badan turun secara drastis atau naik drastis

The Spectrum

Masih dari Alodocter, katanya penderita depresi tidak selalu merasakan gejala yang sama, tergantung pada keparahan depresi yang dialami. Dari tingkat keparahan, ada tiga jenis depresi: mild, moderate, dan severe depression.

The Journey

Proses penyembuhan depresi bisa sebentar, bisa juga lama sampai bertahun-tahun. Gejala fisik kaya insomnia atau lemes ga ada energi sepanjang waktu lebih cepet hilangnya. Tapi gejela psikologis…based on my experience..bisa lama. Karena merembet gitu, kalo di case gw. Depression ini kaya kulminasi dari isu-isu yg tanpa gw sadari selama ini ada dalam hidup gw.

Mari kita liat lagi gejala psikologisnya: selalu dibebani rasa bersalah dan sering menyalahkan diri sendiri, merasa putus asa, rendah diri, dan tidak berharga (self esteem yang rendah), selalu merasa cemas dan khawatir yang berlebihan, suasana hati yang buruk atau sedih secara berkelanjutan, mudah marah atau sensitif, mudah menangis, sulit berkonsentrasi, sulit berpikir, sulit mengambil keputusan, menjadi apatis terhadap lingkungan sekitar, tidak tertarik dan tidak memiliki motivasi terhadap segala hal (anhedonia),…the list goes on

Liat aja, gejalanya bukan yang seminggu dua minggu sembuh haha (laugh in pain). Gw ngeliat depresi ini sebagai puncak dari hal-hal yang rusak dan untuk memperbaikinya perlu tau akar penyebab masalahnya. Ibarat atap rumah bocor, alih-alih air bocorannya dibershin dan langit-langit rumahnya dicat ulang, mending si bocornya ditambal dulu.

Nah untuk tau penyebab masalahnya yg perlu effort: harus jujur sama diri sendiri dan berani mengakui, harus sabar, harus percaya, beberapa case perlu bantuan profesional (ga murah juga)

The Meaning

Menderita, denial, menyalahkan, menerima, dan berjuang untuk sembuh dari depresi menyita banyak hal: tenaga, waktu, kesehatan, uang, hubungan, kesenangan, the list goes on. Sayang sekali kalo ga mendapatkan arti, atau pembelajaran dari situ. Salah satu arti itu buat gw adalah empati.

Quote ini diambil dari tulisan Mark Manson, penulis buku The Subtle Art of Not Giving A F*ck, ketika mendeskripsikan buku The Noonday Demon: An Atlas of Depression by Andrew Solomon.

“I’m going to be honest. I’ve been reading about depression and mental health for many years. I’ve even suffered from some mild depressive episodes myself. I had no idea the depths this thing can reach. This is the only book I’ve ever read that makes me understand why a person might choose to end their own life.

Gw sekarang juga bisa memahami kenapa orang bisa menghabisi nyawanya untuk tidak lagi merasakan kesakitan dari penyakit ini. It’s sucks in so many ways. Humbling juga ini penyakit, kalo lg ngadepin orang resek jadi ada pikiran “ya mungkin dia lagi ada issue sama kehidupan pribadinya, be kind aja”

Arti kedua adalah awareness. Gw jadi tau kalu sakit kaya gini exist, apa aja gejala-gejalanya, do and dont’s nya, gimana pengobatannya…..jadi gw bisa bantu atau setidaknya share kalo ada keluarga atau orang terdekat gw yg perilakunya fell under the symptoms

--

--